Alkitab mengatakan bahwa manusia merencanakan, tetapi Allah yang menentukan. Apa pun yang kita lakukan, berhasil atau tidak, bukan berada di bawah kendali kita, tetapi di tangan Allah. Setelah mendapat Rahel dan selesai membayar Laban, lewat pekerjaannya, Yakub berpamitan. Namun Laban yang melihat bahwa Tuhan memberkati Yakub (27) meminta dia

Allah cemburu terhadap patung dewa yang disembah oleh manusia karena Dia saja yang layak dipuji dan tidak ingin memberikan kemuliaan-Nya kepada mereka. Ilah-ilah lain bukanlah allah yang benar, melainkan kekejian bagi Allah. Allah menghendaki keselamatan bagi seluruh manusia karena: seluruh umat manusia menjadi milik Allah sebagai ciptaan-Nya; Kita sebagai manusia hendaklah berusaha sebaik mungkin, tetapi hasilnya tetap Allah yang menentukan.’ DIA PENENTU SEGALANYA Sememangnya perjalanan hidup tidak selalu seiring dan sejalan sebagaimana yang kita harapkan. Tiada manusia yang menginginkan keburukan dan kekecewaan berlaku dalam hayat yang sementara ini. Sebagai makhluk Allah Subhanahu Wata’ala tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah pada Allah Subhanahu Wata’ala yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan perintah Allah Subhanahu Wata’ala. Adapun Apabila ada manusia yang berbuat buruk maka sesungguhnya perbuatan tersebut adalah murni perbuatan manusia sendiri. Allah telah membekali manusia dengan akal untuk mempertimbangkan dalam menentukan pilihan, sehingga Allah harus (wajib) memasukkan orang yang berbuat baik ke surga dan memasukkan orang yang berbuat buruk ke neraka. Kang Rashied menukil kalam Syeikh Ibnu 'Athaillah As-Sakandari radhiyallahu 'anhu mengutarakan, bahwa Allah Ta'ala menguji manusia di muka bumi ini dengan 4 hal, yaitu: 1. Ujian Nikmat. Ketika manusia diberikan ujian kenikmatan, maka cara terbaik yang dilakukannya adalah dengan cara bersyukur kepada Allah Ta'ala. 2. Sepatutnya semua ini menjadikan kita termotivasi untuk menyerahkan semuanya kepada Allah S.W.T, Tuhan yang Maha Berkuasa. Nabi S.A.W sendiri menyerahkan semua urusannya kepada Allah S.W.T. Jadi penyerahan semuanya kepada Allah S.W.T, inilah roh (nyawa) kepada tawakal itu sendiri. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, mendefinasikan makna dari tawakal
Yeremia 1:5. "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim g ibumu, Aku telah mengenal h engkau 1 , dan sebelum engkau keluar i dari kandungan, Aku telah menguduskan j engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. k ". “Sebelum Aku membentuk kamu dalam kandungan, Aku mengenalmu; dan sebelum kamu dilahirkan, Aku menguduskanmu.
Allah tidak mengampuni dosa hanya berdasarkan pertobatan manusia. Tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan oleh Allah yang benar. Allah hanya dapat mengampuni kalau hukumannya telah dijalani. Agar Tuhan dapat mengampuni manusia yang berdosa dan pada saat yang sama tetap benar, maka Kristus menjalani hukuman orang berdosa ( Rom 3:25,26 ). jalan yang sesat (Asy-Syams/91: 8) dan Allah te lah menunjukkan bagi manusia mana jalan yang benar (Al-Balad/90:10). Berdasarkan kemampuan yang dimiliki manusia, maka da lam proses Syarat dari jaminan keselamatan itu ialah: tinggal di dalam Kristus (Yoh 15:5-6, Rm 11:19-24). Kerjakan keselamatan itu, karena Allah yang mengerjakan di dalam kita (Fil 2:12-13). Why 17:4 mencatat, " Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia ". jaGFuF.
  • sfazrp4be4.pages.dev/440
  • sfazrp4be4.pages.dev/31
  • sfazrp4be4.pages.dev/75
  • sfazrp4be4.pages.dev/425
  • sfazrp4be4.pages.dev/12
  • sfazrp4be4.pages.dev/365
  • sfazrp4be4.pages.dev/264
  • sfazrp4be4.pages.dev/981
  • manusia merencanakan allah yang menentukan